Donald Trump Resmi Ubah Nama Teluk Meksiko Jadi Teluk Amerika, Kembalikan Sebutan Gunung McKinley
Washington D.C., 26 Januari 2025 – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan dua keputusan penting yang mempengaruhi penamaan geografis di Amerika Serikat: perubahan nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika dan pengembalian nama Gunung McKinley, yang sebelumnya diubah menjadi Denali, kembali ke nama aslinya. Keputusan ini menandai langkah simbolis dalam upaya Presiden Trump untuk menegaskan kembali identitas nasional Amerika Serikat.
Teluk Meksiko Jadi Teluk Amerika: Simbol Patriotisme dan Kedaulatan
Pada konferensi pers yang digelar di Gedung Putih pada hari Jumat, 25 Januari 2025, Presiden Trump mengungkapkan bahwa Teluk Meksiko kini resmi berganti nama menjadi Teluk Amerika (American Gulf). Langkah ini merupakan bagian dari kebijakan luar negeri dan nasionalisme yang semakin diperkuat oleh pemerintahannya, serta sebagai respons terhadap hubungan yang berkembang antara Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Amerika Tengah dan Karibia.
“Nama Teluk Meksiko telah lama menjadi simbol hubungan historis dengan negara tetangga kita, Meksiko. Namun, dengan semakin pentingnya kawasan ini dalam aspek ekonomi dan geopolitik bagi Amerika Serikat, kami merasa perlu mengubah namanya menjadi Teluk Amerika sebagai tanda kebanggaan nasional dan simbol kedaulatan negara kita,” ujar Trump dalam pidatonya.
Keputusan ini mengundang kontroversi, terutama di Meksiko, di mana sejumlah politisi dan tokoh masyarakat menganggap perubahan nama ini sebagai upaya untuk menghapuskan sejarah dan identitas geografis yang telah ada selama berabad-abad. Namun, pemerintah AS menyatakan bahwa perubahan ini tidak dimaksudkan untuk meremehkan negara tetangga, melainkan untuk memperkuat posisi Amerika di kawasan tersebut.
Gunung McKinley Kembali ke Nama Asli
Selain perubahan nama Teluk Meksiko, Presiden Trump juga mengumumkan keputusan untuk mengembalikan nama Gunung McKinley, yang sebelumnya dikenal sebagai Denali sejak 2015, kembali menjadi Gunung McKinley. Nama McKinley sebelumnya digunakan untuk menghormati Presiden ke-25 Amerika Serikat, William McKinley, namun pada 2015, Administrasi Obama mengganti nama gunung tertinggi di Amerika Utara itu menjadi Denali, yang dalam bahasa asli suku Athabaskan berarti “Gunung Agung”.
Keputusan untuk mengubah kembali nama ini menjadi McKinley telah menjadi topik perdebatan selama bertahun-tahun. Pendukung perubahan nama ini berpendapat bahwa langkah tersebut adalah bentuk penghormatan kepada McKinley yang memimpin negara melalui periode penting dalam sejarahnya. Di sisi lain, kelompok masyarakat adat dan beberapa politisi Alaska telah mengkritik keputusan itu, dengan alasan bahwa Denali lebih mencerminkan akar budaya dan sejarah suku asli yang tinggal di wilayah tersebut.
“Gunung McKinley adalah bagian dari sejarah kita, bagian dari kebanggaan nasional kita. Ini adalah pengingat bahwa Amerika Serikat dibangun oleh pemimpin-pemimpin besar yang mendedikasikan hidupnya untuk negara ini,” kata Trump dalam pernyataannya.
Respon dari Berbagai Pihak
Keputusan Trump ini segera menuai berbagai reaksi dari masyarakat, terutama di kalangan politisi, sejarawan, dan masyarakat adat. Beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan ini. Senator Elizabeth Warren dari Massachusetts mengkritik keputusan tersebut sebagai upaya untuk menggugurkan hasil keputusan sebelumnya yang menghormati suku asli di Alaska.
“Pengembalian nama Gunung McKinley adalah keputusan yang berlebihan dan bertentangan dengan upaya kita untuk menghargai sejarah asli dan budaya masyarakat adat,” ujar Warren dalam sebuah pernyataan.
Namun, dari sisi pendukung kebijakan ini, ada juga yang memandangnya sebagai bentuk pemulihan nilai-nilai patriotisme. Senator Dan Sullivan dari Alaska menyatakan bahwa pengembalian nama McKinley adalah langkah yang tepat untuk menghormati presiden yang dianggap berjasa dalam sejarah negara.
Implikasi terhadap Hubungan Internasional
Perubahan nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika memiliki implikasi yang lebih luas, terutama dalam hal hubungan dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Beberapa pakar hubungan internasional mengungkapkan keprihatinan mereka bahwa langkah ini bisa memperburuk ketegangan yang sudah ada antara Amerika Serikat dan negara-negara tetangga, seperti Meksiko, yang selama ini memiliki hubungan yang cukup kompleks dengan Amerika.
“Keputusan ini bisa menciptakan kesan bahwa Amerika Serikat mencoba mengklaim wilayah di luar batas-batasnya,” kata Dr. Maria Ramos, seorang pakar hubungan internasional dari Universitas Georgetown. “Penting bagi pemerintah AS untuk menjelaskan bahwa perubahan nama ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga, tetapi sebagai upaya simbolis untuk memperkuat identitas negara.”
Langkah Ke Depan: Proses Sosialisasi dan Implementasi
Pemerintah AS berencana untuk meluncurkan kampanye komunikasi publik untuk menjelaskan alasan di balik kedua perubahan nama tersebut. Sejumlah ahli geografi dan lembaga terkait juga akan dilibatkan untuk memperbarui peta, dokumen resmi, dan aplikasi terkait agar mencerminkan perubahan ini.
Di sisi lain, masyarakat internasional, terutama negara-negara yang terlibat dalam masalah ini, diperkirakan akan memantau dengan cermat dampak perubahan nama ini terhadap hubungan diplomatik dan stabilitas geopolitik di kawasan.
Penutupan
Keputusan Donald Trump untuk mengubah nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika dan mengembalikan nama Gunung McKinley ke sebutan semula adalah langkah simbolis yang kontroversial, namun mencerminkan sikap nasionalisme yang semakin menguat di pemerintahan AS. Apakah perubahan ini akan membawa dampak positif bagi hubungan internasional dan penguatan identitas nasional Amerika Serikat, hanya waktu yang akan membuktikan.
Terkait: Pemerintah AS akan terus melakukan pembaruan terkait implementasi perubahan nama ini melalui saluran resmi, termasuk peta dunia dan aplikasi geografi internasional.
BACA JUGA BERITA OLAHRAGA BASKET : FitPlay Journal
Penulis: Tim Redaksi Wartanusantara
Editor: Valentino Gunawan